3 Mahasiswa UII meninggal akibat kekerasan oleh Mapala? apakah betul? Kegiatan cinta alam tidak seharusnya mengakibatkan demikian. Apalagi bagi seorang yang notabene terpelajar. Berita mengenai meninggalnya mahasiswa UII (Universitas Islam Indonesia) Yogyakarta menyentil para pemerhati dan pemangku kepentingan yang berkaitan dengan dunia ekstrakurikuler di Kampus.
Hingga 24/01/2017 diberitakan telah meninggal 3 mahasiswa UII dengan nama sebagai berikut:
Ketiga nama tersebut usai menjalani pendidikan dasar atau diksar Mapala UII atau mereka sebut dengan ‘The Great Camping’ (TGC). Kegiatan pengenalan tersebut dilakukan di lereng gunung Lawu. Berdasarkan data disebutkan bahwa sebanyak 37 peserta diksar mengikuti kegiatan tersebut yang dilaksanakan 13-20 Januari 2017. Namun pada 23 januari 2 mahasiswa yakni Fadli dan Asyam telah meninggal dunia. Kemudian sehari setelahnya, Ilham Nurpadmy turut meninggal dunia. Kejadian ini tentu tidak bisa dibiasakan karena ketiga mahasiswa tersebut meniggal bukan karena sebab.
Menurut pernyataan Asyam sebelum ia meninggal ia mengaku pada ibundanya bahwa ia ingin mengundurkan diri saat kegiatan diksar tersebut. Tentu bukan tanpa alasan. Menurut data pun dinyatakan bahwa ketiga mahasiswa meniggal dunia meninggalan bekas luka pada badannya. Lantas siapa yang harus bertanggung jawab kepada orang tua para mahasiswa tersebut?
Kegiatan cinta alam seperti yang dilakukan Mapala tentu memiliki tujuan murni yakni mencintai alam, mencintai diri sendiri, dan mencintai sosial. Cinta terhadap diri sendiri bukan berarti harus memiliki fisik yang kuat dan diharuskan memupuk fisik yang lemah menjadi kuat. Siapa saja lemah kurus krempeng penakut dll boleh menjadi Mapala yang penting mereka cinta alam.
Mapal UII bukan hal baru di dunia pendidikan dan kegiatan ekstra. Mereka cukup terkenal di basis para pendaki atau mahasiswa di Jogja. Selama ini tidak ada terdengar hal semacam kekerasan atau yang negatif-negatif di Jogja yang basisnya mahasiswa. Namun dengan kejadian ini tentu mengharuskan banyak pihak kembali berpikir.
Kegiatan pengenalan terhadap mahasiswa baru oleh Mapala UII pada 13-20 kemarin siapa yang tahu? kecuali mereka yang ikut. Namun sebetulnya untuk menjadi Mapala tidak harus sampai berhari-hari di gunung leyeh-leyeh ke sana-sini makan-minum ngudud dan sebagainya. Yang jelas siapa saja bisa jadi Mapala asal mereka cinta alam.
Pihak kampus UII langsung dari rektornya menyerahkan kasus ini kepada pihak berwajib. Mereka juga turut berbelasungkawa terhadap para keluarga mahasiswa yang meninggal. UII-pun menyediakan crisis center bagi keluarga para mahasiswa yang turut ikut kegiatan ‘unknown’ tersebut. 3 mahasiswa UII meniggal akibat kekerasan oleh Mapala? siapa tahu … Mendaki gunung atau turun gunung tidak menjamin keselamatan siapapun. Tapi kalau ingin mencintai alam prosesnya sampai hilang nyawa jadinya sia-sia. Tapi yang jelas mereka fadli, Asyam, dan Ilham terimakasih banyak telah menunjukkan kecintaan mereka kepada alam bahkan sampai nafas terakhir.
Minggu, 23 April 2017 sebanyak 11 pendaki tersambar petir di gunung Prau, Wonosobo. Tiga pendaki tewas, dua pendaki mengalami luka bakar, dan enam lainnya... Read More
Kabar berita duka kembali datang dari ranah kampus dan Mapala. Mahasiswa diksar Universitas Negeri Siliwangi Tasikmalaya meninggal. Seorang mahasiswa bernama Rizki Ramdani umur 19... Read More
Berita terbaru (Minggu, 18/10/2015) : 6 pendaki Gunung Lawu tewas setelah terjadi kebakaran hutan di areal Gunung Lawu (Baca: Gunung Lawu). Menurut berita terbaru... Read More
KEBAKARAN LERENG GUNUNG SLAMET 10 HEKTARE KAWASAN HUTAN LINDUNG LUDES Kebakaran yang melanda kawasan puncak Gunung Slamet meluluhlantakkan puluhan hektare lahan hutan lindung. Upaya... Read More
Kebakaran hutan di Merbabu terekam CCTV milik Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta pada Kamis 20 Agustus 2015 pukul 22.00 WIB.... Read More
5 Comments for 3 Mahasiswa UII Meninggal Akibat Kekerasan Oleh Mapala??
miris masih ada tindakan seperti ini….
semoga kejadian ini tidak mengurangi minat orang orang untuk mengikuti MAPALA.
Kegiatan cinta alam tidak seharusnya mengakibatkan demikian
ambil hikmah nya aja lah, kan kita tidak tahu kapan kita akan dipanggil dan dengan cara apa kita dipanggil nya